Kamis, 18 Februari 2010

Polusi Udara Jakarta Bisa Menurunkan IQ

PENCEMARAN  atau polusi udara akibat asap yang dikeluarkan dari knalpot kendaraan bermotor sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Dalam asap kendaraan bermotor terkandung zat-zat kimia yang dapat menggangu kesimbangan metabolisme dalam tubuh manusia antara lain, karbon monoksida (CO), nitrogen oksida (NOx) dan timbal (Pb). Zat-zat yang keluar dari knalpot dalam bentuk gas ini, terbuang ke udara akan bersenyawa dengan polutan-polutan, sehingga konsentrasi udara terganggu dan terjadilah pencemaran udara yang mengganggu kesehatan manusia.
     
Dewasa ini, belum banyak orang yang tahu tentang efek negatif Pb (timbal/timha hitam) pada kesehatan, sebagaimana pengetahuan orang tentang efek negatif karbon monoksida. Padahal, efek negatif timbal tidak kalah berbahaya, bahkan mungkin lebih berbahaya dibanding karbon monoksida. ''Timbal yang mempunyai rumus kimia Pb adalah sejenis logam berat yang bersenyawa dengan tetra ethyl lead (TEL) sebagai campuran bahan bakar bensin untuk menaikkan angka oktan bensin,'' Guru Besar Ilmu Kesehatan Lingkungan Universitas Indonesia, Prof Dr Umar Fahmi beberapa waktu lalu.
    
Dengan naiknya angka oktan, maka kendaraan yang menggunakan bahan bakar bensin akan terhindar dari bunyi letupan yang keras atau biasa disebut ngelitik pada sistem pembakaran mesin, ketika kendaraan sedang dijalankan. Jadi dengan kata lain, sumber Pb yang mengganggu kesehatan manusia berasal dari kendaraan bermotor berbahan bakar bensin. Timbal dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran pernapasan dan pencernaan dalam bentuk senyawa organo metal, serta mampu menembus kulit sehingga dapat menimbulkan keracunan. Gejalanya antara lain, mudah marah, lesu, nafsu makan menurun dan melemahkan otot kerja. Dalam konsentrasi tinggi keracunan logam ini dapat merusak ginjal hati, lambung, kesuburan dan mengakibatkan kehamilan yang tidak normal.
   
Merusak Jaringan Saraf
    
Menurut Prof Fahmi, Pb dapat terakumulasi pada sistem jaringan saraf pusat sehingga berdampak pada penurunan intelegensi (IQ), terutama pada anak-anak. Sedangkan pada orang dewasa berpengaruh pada sistem pencernaan dan mengakibatkan kekurangan haemoglobin sehingga dapat mengalami anemia (kurang darah). Berdasarkan penelitian di Mexiko, akibat racun dari Pb sebanyak 41 persen dari 240 bayi menderita infeksi berkadar di atas 10 mikrogram per deciliter darah. hasil penelitian juga menunjukkan, anak-anak yang teracuni oleh Pb dengan angka sekitar 8 sampai 10 mikrogram, kehilangan hampir delapan point tingkat intelegensi (IQ) mereka. Ia mengatakan, secara teori pb yang masuk ke dalam tubuh manusiamelalui pernapasan (dihirup dari udara) jauh lebih berbahaya disbanding pb yang masuk melalui perut (makanan dan minuman).  Berdasarkan penelitian di beberapa tempat di Indonesia, menurut Fahmi  lagi, kelompok orang yang beresiko tinggi mengalami polusi Pb adalah,  polisi lalu lintas, petugas DLLAJR, pedagang kaki lima, wanita hamil,  siswa SD/TK yang lokasinya di pinggir jalan raya, penderita jantung  koroner dan penduduk yang tinggal di daerah yang lalu lintasnya sangat padat.
    
Survei YLKI  
Hasil survei Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) yang  disebarluaskan pekan lalu menunjukkan, 90 persen dari 600 responden  menyetujui bahwa polusi udara di Jakarta sudah mengkhawatirkan.  ''Sementara 63,8 persen lainya mengatakan polusi udara dapat dikurangi lewat bensin tanpa timbal, dan 83,8 persen setuju untuk memakai bensin  tanpa timbal jika harganya tidak mahal,'' ujar peneliti YLKI Indah  Sukmaningsih pada seminar ''Hasil Survei YLKI tentang Pemahaman  Masyarakat terhadap Polusi Udara di DKI Jakarta'', Kamis lalu di Jakarta.
   
Selain itu, diperoleh data bahwa 67,8 persen responden tahu bahwa bensin mengandung timbal, 36 persen tahu ada bensin tanpa timbal dan  42,8 persen tidak pernah mendengar program Langit Biru.  Sementara itu, hasil penelitian KPPL (Kantor Pengendalian dan  Pemantauan lingkungan Hidup) dan Fakultas Kesehatan Masyarakat  Universitas Indonesia juga menunjukkan bahwa beberapa kawasan di DKI  Jakarta memiliki kadar Pb (timbal/timah hitam) yang tinggi.
   
''Sebagai contoh, daerah perempatan UKI Cawang memiliki kadar  rata-rata Pb dalam debu udara lebih dari 30 ug/m3, perempatan Tomang  25/m3, Lebak Bulus sekitar 23 ug/m3, Kampungrambutan 21 ug/m3,  perempatan Senen 3 ug/m3 dan Pulogadung sekitar 1 ug/m3,'' ungkap  Direktur Pengendalian Pencemaran Udara Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal) Margana Koesoemadinata  di tempat yang sama. Untuk perbandingan kadar Pb dalam darah pada beberapa kelompok  masyarakat diperoleh hasil, bahwa petugas LLAJ memiliki kadar Pb tertinggi yaitu lebih dari 40 ug persen, sementara yang bukan petugas LLAJ 30 ug persen. Sedangkan standard WHO adalah 40 ug persen.
   
Selain itu, diperoleh data bahwa kadar Pb dalam masyarakat di tiga  lokasi menunjukkan, kadar Pb pada masyarakat Pulogadung lebih dari 40 ug persen, Kampungrambutan lebih dari 50 ug persen dan Lebakbulus 20 ug persen.  Dijelaskan, zat pencemar Pb masuk ke dalam tubuh manusia melalui beberapa cara, antara lain melalui salutan pernafasan absorbsi yang  cukup besar (40-80 persen) di saluran pernafasan, melalui saluran  pencernaan bersama-sama dengan makanan dan minuman kurang lebih 15  persen, melalui kulit dengan menempelnya atau melekatnya bahan /debu  yang mengandung Pb.  Dengan masuknya Pb ke dalam tubuh secara perlahan atau akumulatif  dapat menyebabkan timbulnya penyakit gangguan pada sistem pembentukan  darah, berupa kekurangan sel darah merah. Gangguan pada sistem syaraf  tubuh, kadar lebih dari 40 ug persen dapat menyebabkan gangguan pada  syaraf antara lain kelemahan pada syaraf, gangguan IQ. Selain itu  dapat mengganggu sistem saluran pencernaan dan gangguan sistem  reproduksi. 


 



   


Tidak ada komentar:

Posting Komentar